• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Thursday, November 7, 2019

pencabutan gigi pada anak

A. Tentang gigi Susu 

Gigi susu merupakan gigi sementara yang akan mengalami pergantian dengan gigi permanen atau gigi dewasa. Gigi susu ini pada umumnya tumbuh ketika anak berusia antara 6 bulan hingga 2 tahun.
Walaupun demikian ada juga bayi yang mulai tumbuh gigi kurang dari usia 6 bulan. Ketika anak berusia antara 6-7 tahun gigi seri dewasanya mulai tumbuh secara bertahap dan umumnya berakhir ketika gigi geraham dewasa tumbuh di antara usia 12-13 tahun, walaupun ada juga tidak mengalami tumbuhnya geraham paling belakang walaupun usianya sudah dewasa.

Peralihan antara gigi susu dan gigi dewasa mau tidak mau harus melalui proses tanggalnya gigi susu, karena harus ada ruang bagi gigi dewasa. Dalam proses ini, setiap anak terpaksa harus mengalami peristiwa “cabut gigi”.

Tidak banyak yang tahu jika mengamati perkembangam gigi susu anak sangat penting untuk peerkembangan mereka hingga dewasa. Dimulai dari kemunculan kemunculan gigi susu, lalu kemudian tanggal, dan akhirnya tumbuhnya gigi permanen, semua proses tersebut jika gigi dirawat dengan baik, maka akan berpengaruh positif terhadap tumbuh kembang anak.

Perkembanga gigi anak dimulai dari proses tumbuh gigi susu atau yang populer disebut dengan teething. Proses tumbuh gigi atau teething ini secara spesifik dikenal sebagai proses gigi susu bayi mulai muncul dan keluar dari gusi anak. Meski sebenarnya, pertumbuhan gigi sudah mulai bahkan saat bayi masih berupa janin dalam kandungan.

Proses teething terjadi karna pada saaat bayi berada di usia tumbuh gigi, tubuh mengeluarkan zat kimia yang merangsang pemisahan gusi dengan gigi. Proses ini memunginkan gigi susu tumbuh terus dan munculke permukaan gusi. Ini semua adalah proses yang normal.

 B. Alasan Yang Tepat Untuk Mencabut Gigi Susu 

1. Ketika gigi susu goyang

Apabila gigi susu goyang, itu pertanda gigi tersebut sudah harus segera dicabut. Ketika menghadapi situasi seperti ini, kita tidak perlu terburu-buru membawa anak ke dokter gigi. Kita dapat ‘mencabut’ sendiri gigi tersebut. Caranya, goyangkan gigi tersebut setiap hari. Bila kondisi gigi dan mulut secara keseluruhan aman dan tinggal sedikit bagian yang menempel, kita bisa membantu mencabut gigi tersebut dengan menggunakan kapas dingin. Atau membiarkan gigi tersebut copot secara alami, sehingga peristiwa itu yang tidak menimbukan trauma pada anak. Namun bila kita memutuskan untuk mendapat bantuan dokter gigi, tentu hasilnya lebih baik dan masalah gigi goyang itu bisa lekas selesai.

2. Ketika gigi susu kesundulan

Bila ada bagian dari gusi anak yang memutih, dan mungkin tajam bila diraba, itu merupakan salah satu tanda gigi dewasa telah siap untuk keluar. Pada kondisi ini, meskipun gigi susu masih melekat sempurna dan kuat pada gusi, ada baiknya kita berkonsultasi pada dokter gigi dan meminta pertimbangan dokter untuk mencabut gigi susu. Hal ini dilakukan agar gigi dewasa kelak tumbuh dengan baik, rapi dan sempurna. 


3. Ketika gigi susu mengalami karies

Pada anak yang telah berusia 7 tahun ke atas yang memiliki gigi karies (gigi berlubang), terutama pada gigi seri, pencabutan gigi bisa tetap dilakukan meskipun gigi dewasa belum terlihat tanda-tanda segera muncul. Karies pada gigi bisa mengakibatkan saraf gigi menjadi rusak. Kerusakan ini bisa mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan gigi dewasanya kelak. Untuk menghindari kerusakan pada gigi dewasa, mencabut gigi susu anak yang sudah mengalami karies bisa Anda pertimbangkan setelah berkonsultasi dengan dokter gigi. 








C. Cara Kerja Pencabutan Gigi Anak 

Tindakan gigi dimulai dengan konsultasi menyeluruh dengan dokter gigi. Karena kebanyakan anak-anak cenderung sungkan untuk bertemu dengan dokter gigi, konsultasi biasanya dilakukan untuk memberikan hubungan yang baik antara dokter gigi dan pasien anak, untuk memperoleh kepercayaannya. Orang tua juga diberikan instruksi untuk menyiapkan anaknya sebelum tindakan dilakukan. Kemudian, pengambilan gambar santir menggunakan sinar-X yang akan memberikan gambaran tidak hanya pada gigi yang rusak, tetapi juga kondisi akarnya dan kondisi gigi di sekitarnya. Melalui gambar ini, dokter gigi dapat mengidentifikasi solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan masalahnya. 

Selama tindakan dilakukan, anak-anak mungkin akan diberikan zat sedatif, tergantung dari apakah anak tersebut masih takut atau tidak. Penting bagi dokter gigi untuk sabar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi emosional dan mental anak tersebut. Bius lokal juga akan diberikan sebelum pencabutan gigi untuk membuat daerah yang akan dicabut agar menjadi mati arasa dan mengurangi rasa tidak nyaman. Dalam kasus pembedahan, seperti untuk pengangkatan gigi geraham bungsu, bius total mungkin akan diberikan. 

Untuk pencabutan gigi sederhana, alat kedokteran gigi yang disebut elevator akan digunakan untuk melonggarkan gigi dari rongganya sebelum diangkat menggunakan sepasang forceps (tang untuk mengangkat gigi). Pendarahan mungkin akan terjadi, tetapi biasanya akan berhenti setelah 24 jam setelah tindakan. Dalam kasus pencabutan gigi geraham bungsu, gusi di sekitar gigi akan dirobek, agar dokter gigi mendapatkan penglihatan yang cukup untuk mencabut gigi tersebut. Dalam beberapa kasus tertentu, gigi yang akan diangkat mungkin akan dihancurkan dalam beberapa bagian sebelum dicabut. Ini biasanya dilakukan bila gigi tersebut tersebut tertutup oleh tulang. Luka yang ada kemudian akan dijahit. Kemudian, pasien akan diberikan antibiotik selama 5 sampai 7 hari untuk mencegah terjadinya infeksi. Pasien juga diharapkan untuk melakukan kunjungan lanjutan seminggu setelah tindakan dilakukan, untuk melakukan pengangkatan jahitan dan agar dokter gigi dapat memeriksa kondisi dan pemulihan luka. 

D. Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Pencabutan Gigi Anak 

Anak-anak dapat menunjukkan komplikasi seperti pada pasien orang dewasa, seperti rasa tidak nyaman, rasa sakit, dan pendarahan. Terkadang, gusi juga mungkin terkena infeksi. Pengalaman anak-anak juga dapat memberikan pengaruh emosinal dan mental, dan beberapa di antaranya mungkin merasakan trauma pada pengalaman tersebut dan akan menghindari dokter gigi setelah dewasa nanti.

Asuhan keperawatan gig dan mulut terhadap pasien diabetes melitus


 PEMBAHASAN

 Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat diminimalisir melalui obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Penyakit sistemik dan penyakit gigi dan mulut dapat terjadi sebagai akibat penyakit diabetes melitus. Seluruh tenaga kesehatan harus berperan aktif dalam mengidentifikasi penyakit pada individu yang terkena penyakit diabetes melitus namun tidak terdiagnosis, kemudian membantu pasien diabetes melitus dalam meminimalisir dan mencapai kesehatan yang optimum. Pasien diabetes melitus dianjurkan agar memeriksakan gigi setiap 3 atau 4 bulan.

Semua jaringan ditangani dengan lembut untuk meminimalkan trauma. Pasien diabetes melitus harus diajarkan untuk mengikuti jadwal pembersihan sesuai dengan prosedur. Operator mungkin perlu membantu pasien diabetes melitus dalam merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulutnya karena akan berpotensi menyebabkan penyakit periodontal. 

Faktor risiko masalah kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes melitus adalah pasien cenderung kering pada mulut/xerostomia, terdapat gingivitis, penyakit periodontal dan akan kehilangan gigi. Pasien diabetes melitus dianjurkan membangun aturan perawatan gigi dan mulut setelah makan dan waktu tidur, yaitu dengan cara menggosok gigi dengan sikat gigi yang lembut menggunakan gerakan horizontal. 

Menggosok gigi yang konsisten meningkatkan jaringan gusi, mengurangi kotoran dan menghasilkan pengontrolan plak, Sikat gigi yang lembut dengan gerakan horizontal dapat membantu melindungi jaringan gusi yang lembut dan mencegah perdarahan. Pasien diabetes melitus diharapkan melakukan higiene mulut dan sesekali berkumur dengan air garam atau larutan baking soda (1/2 sendok teh dengan 473 mL air). 

Berkumur dengan air garam atau baking soda dapat melarutkan keasaman mulut, mengangkat debris dan mengurangi mulut yang kering/xerostomia. Pada pasien diabetes mellitus umumnya mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dikarenakan kadar gula yang tidak terkontrol. Dengan adanya unsur glukosa yang tinggi dalam saliva menyebabkan saliva menjadi satu perbenihan yang efektif. Medium ini menyerap sisa-sisa makanan yang menjalar pada sepertiga leher gigi sehingga terjadi akumulasi yang cepat dari bakteri, mengakibatkan hasil metabolisme bakteri tersebut masuk ke sulcus gingiva. 

Hasil pemecahan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Diabetes Melitus metabolisme ini kemudian bereaksi sebagai suatu sumber iritasi yang terus menerus menghasilkan reaksi jaringan yang berlebih pada pasien diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme tubuh yang disebabkan hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas tidak berfungsi. Insulin berfungsi mengontrol kadar gula dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi. 

Diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat mengganggu sel darah putih dan sel-sel imun seperti neutrofil, monosit dan makrofag. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri menjadi menurun dan lebih rentan terhadap terjadinya infeksi. Selain itu dengan adanya peningkatan sel radang dalam cairan saku gingiva maka menyebabkan jaringan periodontal lebih mudah terinfeksi sehingga dapat berakibat kerusakan tulang. Rusaknya jaringan periodontal membuat gingiva tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak dan dalam jangka waktu yang panjang dapat berakibat gigi menjadi goyang. 

Diabetes melitus yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan karies, dikarenakan bertambahnya komponen yang difermentasi di dalam saliva sehingga membentuk medium yang sesuai untuk pembentukan asam. Selain itu luka yang terjadi pada pasien diabetes melitus sukar sembuh, hal ini disebabkan karena adanya gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka sehingga penyembuhan luka akan lebih sulit dan lebih lama. 
 Tenaga kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan gigi dan mulut diharapkan mengetahui sifat serta tanda- tanda penyakit diabetes melitus yang terdapat pada rongga mulut sehingga mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan dalam rangka mencegah berbagai faktor risiko yang dapat terjadi. Dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut, terdapat banyak aktifitas pengambilan keputusan dari saat tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Tahap pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah sebagai berikut : 

 1. Tahap Pengkajian
 Pada tahap ini, operator mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Masing-masing sumber berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian dapat membantu dalam memilih alternatif metode. Tahap pengkajian merupakan fondasi yang akan digunakan dalam proses keperawatan gigi.
 Pengkajian adalah suatu proses mengumpulkan dan menganalisis informasi atau data-data dalam mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi yang didapat melalui wawancara dengan pasien, anggota keluarga, teman sejawat, tenaga kesehatan lain, rekam medis dan observasi. Informasi yang didapat dari berbagai macam sumber tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara menyeluruh. 

 2. Tahap Diagnosa
 Tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan dalam menegakkan diagnosa keperawatan gigi secara akurat dan memahami batasan karakteristik diagnosa. Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada kebutuhan pasien, menguraikan masalah-masalah aktual, mencegah atau meminimalisir faktor risiko dengan perawatan mandiri atau melakukan rujukan (kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya) dan identifikasi kondisi pasien berdasarkan risiko terjadinya masalah/penyakit/kelainan pada rongga mulut. 

 3. Tahap Perencanaan
 Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan gigi yang efektif untuk diaplikasikan sesuai kebutuhan. Tahap perencanaan merupakan tindakan penentuan tipe intervensi keperawatan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Diabetes Melitus gigi yang dilaksanakan (diimplementasikan) untuk mengatasi keluhan pasien dan membantu pasien dalam mencapai pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan gigi. 

 4. Tahap Implementasi
 Tahap implementasi adalah tindakan pelaksanaan perencanaan keperawatan gigi dan mulut yang telah dirancang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pasien dan dilaksanakan berdasarkan prosedur serta hasilnya tercatat dalam catatan pasien (catatan keperawatan gigi). Operator diharapkan dapat bertanggung jawab dalam melakukan intervensi keperawatan gigi berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terkini. 

 5. Tahap Evaluasi
 Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai intervensi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan menilai efektifitas dari segi biaya. Hasil penelitian yang digunakan adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan gigi. Evaluasi juga dilaksanakan dalam rangka mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan gigi demi kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Evaluasi dianalisis dari tahap pengkajian data sampai dengan tindakan/intervensi yang dilakukan kepada pasien. 

KESIMPULAN 
Asuhan keperawatan gigi dan mulut diharapkan dapat disusun secara sistematis sehingga penatalaksanaan pasien diabetes melitus dapat dilakukan berkesinambungan. Penatalaksanaan pasien diabetes melitus dibutuhkan komunikasi yang baik, hasil pemeriksaan lab dan operator memahami penyakit diabetes melitus, pengobatan, juga dampaknya sehingga pasien diabetes melitus dapat menjalani proses perawatan gigi dan mulut dengan aman. Manajemen dan teknis pelaksanaan disusun dalam perencanaan jangka pendek dan jangka panjang kemudian dievaluasi sehingga didapatkan hasil yang optimal dan membangun kemandirian serta kesadaran pasien dalam merawat giginya.

Sunday, November 3, 2019

proposal UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa)



I. Latar Belakan 

 Kesehatan gigi dan mulut seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan menganggap prosedur atau tindakan dalam bidang kedokteran gigi adalah hal yang menakutkan. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) presentase penduduk di Indonesia yang mempunyai masalah gigi dan mulut pada tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%. Presentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut yang menerima perawatan medis gigi meningkat dari 29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013.

 Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Kesehatan mulut berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit lainnya, sehingga terjadi gangguan yang membatasi dalam menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial (WHO, 2012). Salah satu kesehatan mulut adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi menjadi hal yang penting, khususnya bagi perkembangan anak. Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal (Sinaga, 2013). Karies gigi merupakan suatu penyakit mengenai jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, terjadi akibat proses secara bertahap melarutkan mineral permukaan gigi dan terus berkembang kebagian dalam gigi. Proses ini terjadi karena aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Proses ini ditandai dengan dimineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya, sehingga dapat terjadi invasi bakteri lebih jauh ke bagian dalam gigi, yaitu lapisan dentin serta dapat mencapai pulpa (Kumala, 2006).

Karies gigi secara historis telah dianggap komponen paling penting dari beban penyakit mulut global. Fasilitas kesehatan dan penyuluhan pendidikan kesehatan gigi sudah dilakukan, namun pengetahuan masyarakat mengenai karies gigi masih rendah. Persoalan di atas menjadi bahan pertimbangan pemerintah untuk melakukan upaya preventif. Berdasarkan Undang-Undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam pasal 93, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Ayat (2) menyatakan bahwa pelayanan tersebut dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah. Namun yang menjadi persoalan terkait pelayanan adalah masih sangat sedikit penduduk yang dilayani oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan. Mayoritas dokter gigi ada diperkotaan, sehingga masyarakat yang ada di pedesaan terkendala untuk aksesnya ke pelayanan.

Menteri Kesehatan RI menyampaikan, “Kemenkes melakukan Kebijakan dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut antara lain melalui upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan gigi dasar di Puskesmas dan Puskesmas pembantu (pustu). Upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan gigi perorangan di RS. Upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan di sekolah melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dari tingkat TK sampai SMA yang terkoordinir dalam UKS”. Pemerintah sedang mengembangkan berbagai macam UKGS inovatif. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dalam bentuk Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM); serta kemitraan kesehatan gigi dan mulut baik di dalam maupun di luar negeri (PDGI, 2011).

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Menurut Antisari (2005), perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena pentingnya perilaku dalam mempengaruhi status kesehatan gigi, maka perilaku dapat mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut termasuk mempengaruhi skor karies dan penyakit periodontal (Wahyu dkk., 2013).

PUSKESMAS Kecamatan Bontobahari kab. Bulukumba prov. Sulawesi selatan adalah kecamatan yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ke empat dari seluruh kecamatan di Kabupaten bulukumba pada tahun 2012. Dari 10 trend penyakit di puskesmas Kecamatan Bontobahari tahun 2013 dari bulan januari sampai bulan juli, penyakit gigi selalu masuk dalam 5 besar penyakit. Dari data Puskesmas Kecamatan Bontobahari sendiri didapatkan bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2012 penyakit gigi dan mulut mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 jumlah penyakit gigi dan mulut sebanyak 1646 orang dan tahun 2012 sebanyak 2092 orang. Dan dari data puskesmas dapat diketahui bahwa gangguan gigi dan jaringan penyangga menjadi masalah utama dibandingkan dengan 5 penyakit gigi dan mulut yang lainnya. Dan karies gigi sendiri menjadi masalah terbesar ke tiga dari 5 penyakit gigi dan mulut lainnya. Program yang dilakukan Puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut sendiri dilakukan dengan UKGS di sekolah dilakukan bersamaan dengan skrining, yang dilakukan dua kali dalam setahun. Program yang lainnya yaitu UKGMD dilakukan setiap 1 tahun sekali.

Desa Ara adalah desa terbesar di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba yang memiliki kasus penyakit gigi dan mulut serta karies gigi terbesar diantara desa sekecamatan bontobahari kab. Bulukumba. Hal ini dapat disimpulkan bahwa program promosi kesehatan gigi dan mulut di prioritaskan pada desa ara tersebut. kegiatan promosi kesehatan gigi dan mulut yang akan dilaksanakan di desa ara oleh pihak puskesmas kecamatan bontobahari, dengan adanya kegiatan ini, kesehatan gigi dan mulut serta pencegahan karies gigi pada masyarakat desa ara bisa meningkatkan kesehatan gigi dan mulutnya serta penyakit karies gigi pada khususnya dicegah dengan pengetahuan yang telah diberikan pasca kegiatan, sehingga derajat kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat meningkat.

II. Tujuan

1. Tujuan umum 
Untuk mengetahui tata cara penatalaksanaan pencegahan karies pada masyarakat desa Ara
2. Tujuan khusus
a. untuk mencegah, mengurangi peningkatan angka karies pada masyarakat desa Ara
b. untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat desa Ara
 c. menjelaskan tata cara mencegah terjadinya karies pada gigi di masyarakat desa Ara
d. agar masyarakat desa dapat mengetahui tentang cara merawat gigi dan mulut serta pengetahuan pencegahan karies gigi.

III. Dasar kegiatan (landasan hukum)

1. Undang-Undang No.36 tahun 2019 tentang kesehatan. 
2. Instruksi mendagri No. 9 tahun 1990 tentang pengololaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat desa. 
3. Keputusan menteri kesehatan RI No. 126/menkes/SK/II/2004 Tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.

IV. Nama Kegiatan 

Sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut seta cara pencegahan terjadinya karies gigi pada masyarakat desa ara kec, bontobahari kab, bulukumba, sulawesi selatan.


V. Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan dalah seluruh masyarakat desa arah kec. Bonto bahari kab. Bulukumba sulawesi selatan.

VI. Waktu pelaksanaan 

 Sosialisasi promosi kesehatan ini ladilakukan yaitu:
Hari        : sabtu
 Tanggal : 12 oktober 2019
Jam        : 09.00 WITA s/d selesai

VII. Tempat kegiatan

Tempat kegiatan kegiatan ini dilaksanakan di balai desa ara kec. Bontobahari, kab. Bulukumba sulawesi selatan.

VIII. Materi sosialisasi promosi kesehatan

Materi yang akan diberikan oleh peserta sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat desa ara, kec. Bontobahari, kab. Bulukumba sulawesi selatan, yaitu:

1. Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut.
2. Cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat dalam menggosok gigi.
3. Tata cara mencegah terjadinya karies pada gigi, untuk menjadi desa bebas karies

IX. Metode 

 1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. demonstrasi
4. simulasi
5. sikat gigi massal

X. persiapan

1. pembuatan proposal konsep kegiatan 
2. melakukan advokasi tingkat desa terhadap aparat desa ara kec. Bontobahari, kab. Bulukumba, dengan penawaran proposal kegiatan yang telah dikonsepkan yang akan dilaksanakan di wilayahnya tentang sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut serta cara pencegahan karies pada gigi.
 3. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada kegiatan yang akan dilaksanakan.


XI. Tahap pelaksanaan

Pukul/WITA
Sabtu 12 oktober 2019
09.00 s/d 09.30
Pembukaan kegiatan
09.30 s/d 10.30
1. Materi Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut.
2. dilanjutkan tanya jawab diakhir materi
10.30 s/d 11.30
1. Materi cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat menggosok gigi dan
2. dilanjutkan denga demostrasi diakhir materi
11.30 s/d 12.00
ISOMA
12.00 s/d 13.00
1. Materi tata cara menjaga terjadinya karies pada gigi.
2. dilanjutkan tanya jawab diakhir materi
13.00 s/d 13.30
Simulasi/sikat gigi massal
Selesai
penutup


XII. Rencana Anggaran Biaya

Biaya kegiatan ini adalah dari anggaran kegiatan promosi kesehatan puskesmas kec. Bontobahari, kab. Bulukumba, sulawesi selatan

No
Nama
jumlah
satuan
Harga/satuan
total
1
Kertas HVS
1
rim
Rp 50.000,00
Rp 50.000,00
2
tinta prin
1
peket
Rp 60.000,00
Rp 60.000,00
3
konsumsi
100 orang
Porsi
Rp 10.000,00 x 100

Rp 1.000.000,00
4
Air meneral
4
dos
Rp 15.000,00 x 4
Rp 60.000,00
5
Spanduk
1
buah
Rp 60.000,00
Rp 60.000,00
6
transportasi
2
unit
Rp 60.000,00 x 2
Rp 120.000,00
Total
Rp 1.380.000,00


Total Anggaran total anggaran (Rp 1.380.000,00 satu juta tiga ratus delapan puluh ribu rupiah). Mengetahui Bendahara Panitia

XIII. Evaluasi Kegiatan

Setelah dilakukannya kegiatan di atas tersebut akan dikaukan evaluasi keberhasilah bahwa sampai dimana keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan, waktu evaluasi kegiatan sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut adalah tiga bulan pasca kegiatan, dalam hal ini akan dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut terhadap masyarakat desa ara untuk mengetahui apakah gigi masyarakat desa ara dapat merawat sesuia dengan materi tang telah diberikan pada kegiatan yang telah dilaksanakan, serta evalusi pengetahuan bahwa apakah masyarakat desa ara pengetahuannya masih meningkat setelah dilakukannya kegiatan sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut serta tata cara pencegahan karies pada gigi, ataupun tidakm ada peningkatan sama sekali pasca kegiatan di atas tersebut.
XIV. Penutup
Demikian proposal ini dibuat sebagi acuan penyelenggara kegiatan sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut serta tata cara pencegahan karies pada gigi di desa ara, kecamatan bontobahari, kabupaten bulukumba, sulawesi selatan. Atas kerja sama dan partisipasinya untuk kelancaran kegiatan tersebut berbagai pihak kami ucapkan banyak terima kasih. Hanya dengan kerja keras dan kebersamaan yang dapat membuahkan sebuah hasil yang maksimal. “Gagal bukan karena kesalahan dalam sebuah karya namun kegagal yang sesungguhnya adalah ketika kita tidak ingin Berkarya”

penyuluhan cara menggosok gigi pada anak


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sasaranmerupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Sasaranmemiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, mereka seolah-olah tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Sasaranbersifat egosentris, dan memiliki rasa ingin tahu secara alamiah. Sasaranmerupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian pendek, dan memiliki masa yang paling potensial untuk belajar, maka dari itu upaya pendidikan untuk kesehatan sasaranmelalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas sangat penting karena akan sangat membantu sasarandalam tumbuh kembangnya ke masa depan. Sasaranyang sehat merupakan akar dari pertumbuhan generasi muda yang kuat dan unggul untuk mengisi pembangunan suatu Negara. Faktor yang kondusif untuk kesehatan sasaranke masa depan adalah dengan upaya pendidikan kesehatan sasaransejak dini (Sujiono, 2009). 

 Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan atas sasaranuntuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap seseorang anak.Kualitas pendidikan untuk sasaranberkaitan erat dengan sumber daya manusia yang berkualitas pula.Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Sujiono, 2009). 

 Pentingnya perilaku menggosok gigi dengan benar haruslah diajarkan sejak dini, karena perilaku menggosok gigi yang salah akan berdampak terhadap kesehatan gigi dan mulut seseorang, salah satu dampak yang ditimbulkan adalah karies gigi (Wiradona et all., 2013). Saat ini sekolah-sekolah di Indonesia sudah memberikan pendidikan mengenai cara menggosok gigi melalui program UKGS yang sudah berjalan sejak tahun 1951 (Kemenkes, 2012).

 Membersihkan gigi minimal 2 kali sehari perlu dijalani anak-anak. Dengan harapan ia akan mampu menjga kesehatan giginya. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu cara meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Menggosok gigi minimal du kali sehari, yakni setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Pada waktu tidur, produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan suasana asam di mulut. Jika saat itu ada sisa-sisa makanan di gigi, mulut semakin asam dan kuman pun akan tumbuh subur dan membuat lubang pada gigi. Dengan menggosok gigi yang baik dan benar minimal dua kali sehari, siat asam ini bisa di cegah. 

 Anak-sasarantidak peduli dengan kesehatan giginya dan selalu merasa kegiatan menggosok gigi tidak menyenangkan, kurangnya pengetahuan cara menggosok gigi yang baik dan benar. Rasa kantuk di malam hari juga menyebabkan sasaranmalas menggosok giginya sebelum tidur. Oleh karena itu konsep kebersihan diri harus mulai ditanamkan sedini mungkin. Salah satu yang harus mulai dibiasakan adalah menggosok gigi dua kali sehari, pagi dan malam hari. Kebiasaan ini wajiditanamkan agar sasaranrajin membersihkan giginya. Kegiatan menggosok gigi ini terbukti mengurangi kerusakan gigi pada anak. 

 B. Tujuan 

 1. Tujuan umum
Sasaran mampu mengetahui tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar.
2. Tujuan khusus
 a. Pengertian menggosok gigi
 b. Waktu yang tepat menggosok gigi
 c. Manfaat menggosok gigi
d. Cara menggosok gigi
e. Akibat tidak menggosok gigi
 BAB II 
 PEMBAHASAN
 A. Definisi video

 Video adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak yang merupakan paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya (Hujair, 2009). Pesan yang disajikan video dapat berupa fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (misal cerita) dapat pula bersifat informatif, edukatif, maupun intruksional. Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, dan mempengaruhi sikap. (Kustandi, 2011). B. Keuntungan media video Menurut Majid (2006),

 Beberapa keuntungan yang didapat jika penyuluhan yang disajikan dalam bentuk video antara lain:

a. Lebih menarik dan lebih mudah dipahami
b. Dengan video seseorang dapat belajar sendiri
c. Dapat diulang pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas d. Dapat menampilkan sesuatu yang              detail
e. Dapat dipercepat maupun diperlambat
f. Memungkinkan utuk membandingkan antara dua adegan berbeda diputar dalam waktu bersamaan g. Dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu produk, interview, dan menampilkan satu percobaan yang berproses.

 C. Vidio lagu MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu)

 Dalam vidio MOGIGO ini adalah melakukan demonstari tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat untuk menggosok gigi. Dalam demonstrasi tersebut alat dan bahan yang digunakan adalah alat pendukung penyuluhan tentanng taca menggososk gigi yang baik dan benar seperti, sikat gigi, pantum/model gigi, pasta gigi serta gelas kumur. lagu yang digunakan dalam media vidio MOGIGO ini t adalah lagu yang dapat menarik perhatian sasarandengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak. . Bukan hanya itu gerakan demonstrasi dalam media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) juga dapat menarik perhatian sasarananak. 

 D. Pelaksanaan

 Kegiatan ini dilaksanakan selama selama tuju hari dengan beberapa tahap antara lain:

 1. Tahap pertama
 tahap ini adalah tahap pertama kali bertemu dengan sasaran, tahap ini juga dilakukan pendekatan terhadap sasaran dengan cara penyulu seoalah menjadi anak-sasaranseperti yang dilakukan sasaranpada umumnya agar sasaran dapat merespon kehadiran penyulu dengan senang hati. Sembari itu penyulu juga menyampaikan apa yang akan dilakukan selama tuju hari melakukan kegiatan penyuluhan. Penyulu juga menyampaikan akhir dari kegiatan bahwa akan ada doorprize yang diberikan oleh penyulu terhadap sasaran sebagai tanda terimakasih oleh penyuluh karna bersedia menjadi sasaran penyuluh. Selain itu penyulu juga melakukan pertanyaan kepada sasaran tentang cara menggosok gigi dan waktu menggosok gigi sebagai data awal penyuluh. Setelah itu sasaranmenjawab pertanyaan penyululuh, maka penyuluh melakukan pemberian materi tentang tata cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat menggosok gigi. Setelah itu penyuluh melakukan evaluasi terhadap sasarantentang materi yang telah disampaikan sebagai data awal melakukan penyuluhan.

 2. Tahap kedua
 Tahap ini penyuluh kembali melakukan penyuluhan terhadap anak, tahap ini berbeda dengan tahap sebelumnya, yaitu mengadakan alat pendukung penyuluhan seperti media pantom atau medel gigi, sekat gigi dan media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu). Tahp ini juga penyulu memberikan draf tabel evalusi selama 7 hari kepada orangtua sasaran untuk mengisi atau melakukan ceklis pada tabel tersebut jika sasaranmenggosok gigi sesui dengan instruksi yang telah berikan oleh penyuluh. Hal ini dalah sebagai bukti perbandingan antara tahap pertama dan tamah kedua ini. 

 3. Tahap ketiga 
 Tahap ini adalah tahap terakhir bagi penyluh yang dilakukan yaitu melakukan evaluasi dari instruksi pada tahap kedua yang disampaikan oleh penyuluh terhadap sasaran. Tahap ini juga penyuluh melakukan pemberian doorprize sebagaimana yang telah disampaikan pada tahap pertama. 

BAB III 
 HASIL

1. Tahap pertama 
 Tahap ini penyuluh mendapat gambaran setlah dilakukan penyuluhan tahap pertama yaitu sasaran kurang merespon kehadiran penyulu, kemudian hasil evalusi pada tahap ini sasan tidak kurang menarik perhatiannya terhadap materi yang disampaikan penyuluh sehingga jawaban sasarandari pertanyaan penyuluh itu kuran 

 2. Tahap kedua Setelah melakukan pemutaran media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) ini terhadap sasaranyang menjadi sasaran penyuluh. Penyuluh memberikan pertanyaan terhadap sasaranyang menjadi sasaran penyuluh tentang pendapat media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) yang telah ditampilkan oleh penyuluh dan jawaban sasarantersebut adalah bagus kak. Dengan jawaban sasarantersebut penyuluh dapat menggambarkan keadaan pre-post kegiatan pemutaran media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) tersebut: 
 a. Pre 

1. Sasarantersebut tidak sepenuhnya fokus pada materi yang telah disampaikan oleh penyuluh tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat untuk menggosok gigi. Hal ini didasari bahwa sasaranmasi melakukan gerakan yang membuat dirinya tidak fokus.
2. Sasarantidak begitu tertarik terhadap materi yang telah diberikan oleh penyuluh 
3. Mimik muka sasarantersebut seiring berjalannya waktu penyampainyan materi oleh penyuluh, seolah membosankan.

 b. post 
 1. Sasaranterlihat fokus dalam menyaksikan media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) tersebu. 
2. Gerakan refleks yang terjadi pada sasaranseolah ingin mengikuti gerakan yang ada pada media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) tersebu. 
3. Sasarantersebut ingin diputarkan kembali atau diulang hal ini dapat di simpulkan sasarantertarik dengan media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) tersebu. 
4. Sasaranantuasias mendengarkan materi yang diulang kembali oleh penyulu tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat untuk menggosok gigi Pasca pemutarah media vidio MOGIGO (Menggosok Gigi Dengan Lagu) tersebu. 

3. tahap ketiga 

 Pada tahap ini dilakukan evaluasi kepada sasaran tentang impementasi menggosok gigi dua kali sehari semalam dengan waktu setelah sarapan dan sebelum tidur.hasil yang didapatkan dari imflementasi tersebut adalah ada peningkatan dari sebelumnya, dari informasi yang telah disampaikan oleh orang tua sasaran bahwa sasaran ini jarang melakukan gosok gigi, setelah dilakukannya kegiatan penyuluhan individu ini ada peningkatan bahwa dari waktu yang telah diberilkan, sasaran hampir setiap pagi setelah sarapan dan sebelum tidur menggosok gigi sesuai dengan instruksi penyuluh. Setalah dilakukan evaluasi penyuluh memberikah droopreze terhadap sasaran sesuai yang telah dijanjikan pada awalnya, sebagi tanda terimakasih bersedia menjadi sasaran dalam penyuluhan individu.


 BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan

Usaha kesehatan sekolah (UKS)adalah salah satu upaya membina dan mngembangkan kebiasaan hidup yang sehat yang di lakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah. 
Perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health). 

B. Kritikan dan saran 

Dalam hal mencoba penyusunan makalah “Unit Kegiatan Sekolah (UKS)”.Kami sangat mengharapkan kritikan, saran, dan partisivasi yang membangun kepada kami, agar penyusunan makalah ini bisa lengkap seperti yang kami dan ibu harapkan. . Hendak nya semua teman-teman dari Studi ilmu keperawatan leting 2008 Abulyatama aceh, dapat mengetahui Unit Kegiatan Sekolah dan mengaplikasikan ke kawan-kawan yang lain. 

 DAFTAR PUSTAKA 
 Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan SasaranUsia Dini. Jakarta: PT Mancana Jaya Cemerlang. Effendy, Nasrul (1998), dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, editor, Yasmin Asih - Ed 2 – Jakarta : EGC Mubarak, Wahid Iqbal & Chayatin, Nurul(2009) , ilmu kesehatan masyarakat : teori dan aplikasi, Jakarta : Salemba Medika Departemen Kesehatan. (2008). Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Departemen Kesehatan. Sumantri, M. (2007). Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S. dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook.. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 1175 – 1186). Depkes RI. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.http://bankdata.depkes.go.id https://www.labsmk.com/2017/08/laporan-penyuluhan-cara-menggosok-gigi.html http://repositori.uin-alauddin.ac.id/4396/1/Fanny%20Asfany%20Imran.pdf