• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Sunday, November 17, 2019

Biodata



Nama: Ismail
TTL  : Ara 26 Desember 1995
Alamat : Desa Lembanna, Kec. Bontobahri, Kab. Bulukumba

              sekian dan terimakasih

assalamualaikum warahmatullahi warabarakatu
hai sobat literasi, itulah biodata singkat saya di atas, sama seperti orangnya yang sangat sederhana, haha
terimakasih atas kunjungan blog yang yang sangat sederhana ini, semoga apa yang sobat literasi lihat dalam blog saya ini bisa bermanfaat aamiin.











Thursday, November 14, 2019

Penyuluhan Ksehatan Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 5 dan 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENATALAKSANAAN PERAWATAN GIGI SISA AKAR (GANGREN RADIX)


1. Penyuluh : kolompok III
2. Penangung Jawab : ibu wahyu jati
3. Waktu Pelaksanaan
    Hari, Tanggal : jum’at 20 september 2019
    Waktu : 09.00 s/d 09.33
    Tempat : ruangan kealas
4.Pokok bahasan : Gangren Radix (Sisa Akar)
5. Sub Pokok bahasan : a. Penyebab Terjadinya Gangren Radix b. Kondisi Sisa Akar c.                            Penatalaksanaan Perawatan Gigi Kondisi Sisa Akar
6. Sasaran Penyuluhan : Murid kelas 5 dan 6
7. tujuan
    A. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Sasaran dapat memahami dengan baik tentang                                  penatalaksanaan perawatan gigi sisa akar (gangren radix). B. Tujuan Instruksional khusus                    (TIK)
          a. Sasaran dapat menggambarkan kondisi gigi sisa akar.
          b. Sasaran dapat menggambarkan penyebab terjadinya gangren radix (sisa akar).
          c. Sasaran dapat menjelaskan penatalaksanaan yang tepat untuk perawatan gigi sisa akar                          (gangren radix).
8. Materi Penyuluhan
    Gigi dicabut karena beberapa alasan, termasuk di dalamnya adalah karies, karies gigi merupakan sebagai penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah pulpa. Pulpa yang terinfeksi akan menyebabkan terjadinya pulpitis yang lama kelamaan dapat mengakibatkan kematian pulpa karena gangrene pulpa. Infeksi dari gangrene pulpa akan meluas keluar dari foramen apical menuju ke arah periapikal menyebabkan lesi di daerah periapikal. Karies yang meluas dan tidak dirawat dapat mengakibatkan hilangnya mahkota gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) atau disebut juga sebagai gangren radiks Penatalaksanaan Perawatan Gigi Kondisi Sisa Akar.


B. Medikasi


Gigi dengan kondisi sisa akar yang memiliki kelainan pada periapikal yang bersifat akut, sebaiknya dilakukan terapi medikasi terlebih dahulu, ekstraksi gigi yang memiliki abses di daerah periapikalnya apabila dalam keadaan infeksi akut sebaiknya dihilangkan dulu infeksinya kemudian dilakukan ekstraksi. Hal tersebut karena ekstraksi pada stadium infeksi akut tidak hanya dikuatirkan terjadi penyebaran infeksi tetapi juga kerja anastesi local yang kurang efektif, sehingga menimbulkan rasa sakit yang menambah penderitaan pasien, meskipun ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa ekstraksi gigi pada stadium akut justru akan menyebabkan terjadinya drainase pus dan akan menyebabkan penyembuhan dini.

C. Pencabutan

Teknik yang digunakan dalam pencabutan gigi dengan kondisi sisa akar hampir sama dengan pencabutan gigi geligi biasa, hanya pada pemilihan penggunaan forcep yang berbeda dimana pada gigi dengan kondisi sisa akar, digunakan forcep yang memiliki beak tertutup dan penggunaan elevator sering kali diterapkan.

D. Kondisi Sisa Akar


Gigi dengan kondisi sisa akar yang menyebabkan jaringan periapikal rentan infeksi (gangren radik) karena jaringan pulpa yang mati merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Melalui foramen apical gigi, mikroorganisme penyebab infeksi pada jaringan pulpa dapat menjalar ke jaringan periodontal di sekitar apeks gigi, menyebabkan keradangan atau jaringan.


9. Metode
   a. Ceramah
   b. Tanya jawab

10. Media yang digunakan
     a. Power point
     b. LCD
     c. Laptop
     d. Leaflet

11. Media Komunikasi :
     a. Evaluasi
    b. Kuesioner Posttest

12. Proses belajar mengajar (PMB)

Hari/tanggal
waktu
Kegiatan penyuluhan
sasaran

Kamis 19-september 2019

5 menit
·     Memberi salam
·     Memperkenalkan diri
Murid sekolah dasar

15 menit
·         Menjelaskan tujuan
·         Pemberian materi
1)      Menjelaskan singkat kondisi gigi sisa akar
2)      Menjelaskan penyebab awal mengapa bisa terjadi sisa akar (gangren radix)
3)      Menjelaskan penatalaksanaan yang tepat untuk perawatan gigi sisa akar (gangren radix).
5 menit
·     Evaluasi materi
·     Pemberian informasi tentang dooprize
·     Penutup
Jum’at 20-september 2019
5 menit



·     Pembukaan
Murid sekolah dasar
15 menit
·     Pemberian materi
1)      Cara mencegah terjadinya lubang gigi
2)      Akibat lubang gigi jika tidak di cegah
Evaluasi materi
Sabtu 21-september 2019
5 menit
pembukaan
Murid sekolah dasar
10 menit
Pemberian materi cara menyikat gigi yang baik dan benar
5 menit
Evaluasi
10 menit
Sikat gigi massal
10 menit
1)   Evaluasi materi hari pertama dan hari kedua serta pemberian dooprize
2)   Pemberian kuesioner
penutup


Daftar Pustaka
 http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=3559 https://docplayer.info/31666658-Penatalaksanaan-pencabutan-gigi-dengan-kondisi-sisa-akar-gangren-radik.html .( http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=3559) (https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/view/2052/1659) (https://docplayer.info/31666658-Penatalaksanaan-pencabutan-gigi-dengan-kondisi-sisa-akar-gangren-radik.html) https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/view/2052/1659http://petunjuksehat.com/menjaga-kesehatan-gigi-dan-mulut/ (https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/view/2052/1659)  

Monday, November 11, 2019

Belajar Desain Photoshop

photoshop adalah software yang digunakan untuk memodifikasi gambar atau foto secara profesional baik meliputi modifikasi obyek yang sederhana maupun yang sulit sekalipun. Photoshop merupakan salah satu software yang berguna untuk mengolah gambar berbasis bitmap, yang mempunyai tool dan efek yang lengkap sehingga dapat menghasilkan gambar atau foto yang berkwalitas tinggi (jika ingin lebih jauh mengetahui tentang gambar berbasis bitmap silakan download dokumennya di sini).Kelengkapan fitur yang ada di dalam Photoshop inilah yang akhirnya membuat software ini banyak digunakan oleh desainer grafis profesional. Dan mungkin juga sampai saat ini masih belum ada software desain grafis lain yang bisa menyamai kelengkapan fitur dalam Photoshop.

dalam proses penegeditan gambar, disitulah kesenian dan imajinasi berjalan pula dengan sendirinya, artinya otak kana dan otak kiri keduanya terpakai dalam proses pengeditan sebuah gambar, dari awalnya gambar yang tidak begitu tertarik orang melihatnya, namun dengan perpaduan antara imajinasi dengan kesenian, maka gambar yang diedit sedemikianrupa dapat menarik perhatian manusia yang melihatnya.

bukan hanya imajinasi dan kesenian yang ada, tapi dalam proses menggambar/pengeditan gambar dengan puluhan tool yang berbagai macam fungsinya, secara tidak langsung ingatan desainer semakin tajam dengan sendirinya,




Thursday, November 7, 2019

pencabutan gigi pada anak

A. Tentang gigi Susu 

Gigi susu merupakan gigi sementara yang akan mengalami pergantian dengan gigi permanen atau gigi dewasa. Gigi susu ini pada umumnya tumbuh ketika anak berusia antara 6 bulan hingga 2 tahun.
Walaupun demikian ada juga bayi yang mulai tumbuh gigi kurang dari usia 6 bulan. Ketika anak berusia antara 6-7 tahun gigi seri dewasanya mulai tumbuh secara bertahap dan umumnya berakhir ketika gigi geraham dewasa tumbuh di antara usia 12-13 tahun, walaupun ada juga tidak mengalami tumbuhnya geraham paling belakang walaupun usianya sudah dewasa.

Peralihan antara gigi susu dan gigi dewasa mau tidak mau harus melalui proses tanggalnya gigi susu, karena harus ada ruang bagi gigi dewasa. Dalam proses ini, setiap anak terpaksa harus mengalami peristiwa “cabut gigi”.

Tidak banyak yang tahu jika mengamati perkembangam gigi susu anak sangat penting untuk peerkembangan mereka hingga dewasa. Dimulai dari kemunculan kemunculan gigi susu, lalu kemudian tanggal, dan akhirnya tumbuhnya gigi permanen, semua proses tersebut jika gigi dirawat dengan baik, maka akan berpengaruh positif terhadap tumbuh kembang anak.

Perkembanga gigi anak dimulai dari proses tumbuh gigi susu atau yang populer disebut dengan teething. Proses tumbuh gigi atau teething ini secara spesifik dikenal sebagai proses gigi susu bayi mulai muncul dan keluar dari gusi anak. Meski sebenarnya, pertumbuhan gigi sudah mulai bahkan saat bayi masih berupa janin dalam kandungan.

Proses teething terjadi karna pada saaat bayi berada di usia tumbuh gigi, tubuh mengeluarkan zat kimia yang merangsang pemisahan gusi dengan gigi. Proses ini memunginkan gigi susu tumbuh terus dan munculke permukaan gusi. Ini semua adalah proses yang normal.

 B. Alasan Yang Tepat Untuk Mencabut Gigi Susu 

1. Ketika gigi susu goyang

Apabila gigi susu goyang, itu pertanda gigi tersebut sudah harus segera dicabut. Ketika menghadapi situasi seperti ini, kita tidak perlu terburu-buru membawa anak ke dokter gigi. Kita dapat ‘mencabut’ sendiri gigi tersebut. Caranya, goyangkan gigi tersebut setiap hari. Bila kondisi gigi dan mulut secara keseluruhan aman dan tinggal sedikit bagian yang menempel, kita bisa membantu mencabut gigi tersebut dengan menggunakan kapas dingin. Atau membiarkan gigi tersebut copot secara alami, sehingga peristiwa itu yang tidak menimbukan trauma pada anak. Namun bila kita memutuskan untuk mendapat bantuan dokter gigi, tentu hasilnya lebih baik dan masalah gigi goyang itu bisa lekas selesai.

2. Ketika gigi susu kesundulan

Bila ada bagian dari gusi anak yang memutih, dan mungkin tajam bila diraba, itu merupakan salah satu tanda gigi dewasa telah siap untuk keluar. Pada kondisi ini, meskipun gigi susu masih melekat sempurna dan kuat pada gusi, ada baiknya kita berkonsultasi pada dokter gigi dan meminta pertimbangan dokter untuk mencabut gigi susu. Hal ini dilakukan agar gigi dewasa kelak tumbuh dengan baik, rapi dan sempurna. 


3. Ketika gigi susu mengalami karies

Pada anak yang telah berusia 7 tahun ke atas yang memiliki gigi karies (gigi berlubang), terutama pada gigi seri, pencabutan gigi bisa tetap dilakukan meskipun gigi dewasa belum terlihat tanda-tanda segera muncul. Karies pada gigi bisa mengakibatkan saraf gigi menjadi rusak. Kerusakan ini bisa mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan gigi dewasanya kelak. Untuk menghindari kerusakan pada gigi dewasa, mencabut gigi susu anak yang sudah mengalami karies bisa Anda pertimbangkan setelah berkonsultasi dengan dokter gigi. 








C. Cara Kerja Pencabutan Gigi Anak 

Tindakan gigi dimulai dengan konsultasi menyeluruh dengan dokter gigi. Karena kebanyakan anak-anak cenderung sungkan untuk bertemu dengan dokter gigi, konsultasi biasanya dilakukan untuk memberikan hubungan yang baik antara dokter gigi dan pasien anak, untuk memperoleh kepercayaannya. Orang tua juga diberikan instruksi untuk menyiapkan anaknya sebelum tindakan dilakukan. Kemudian, pengambilan gambar santir menggunakan sinar-X yang akan memberikan gambaran tidak hanya pada gigi yang rusak, tetapi juga kondisi akarnya dan kondisi gigi di sekitarnya. Melalui gambar ini, dokter gigi dapat mengidentifikasi solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan masalahnya. 

Selama tindakan dilakukan, anak-anak mungkin akan diberikan zat sedatif, tergantung dari apakah anak tersebut masih takut atau tidak. Penting bagi dokter gigi untuk sabar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi emosional dan mental anak tersebut. Bius lokal juga akan diberikan sebelum pencabutan gigi untuk membuat daerah yang akan dicabut agar menjadi mati arasa dan mengurangi rasa tidak nyaman. Dalam kasus pembedahan, seperti untuk pengangkatan gigi geraham bungsu, bius total mungkin akan diberikan. 

Untuk pencabutan gigi sederhana, alat kedokteran gigi yang disebut elevator akan digunakan untuk melonggarkan gigi dari rongganya sebelum diangkat menggunakan sepasang forceps (tang untuk mengangkat gigi). Pendarahan mungkin akan terjadi, tetapi biasanya akan berhenti setelah 24 jam setelah tindakan. Dalam kasus pencabutan gigi geraham bungsu, gusi di sekitar gigi akan dirobek, agar dokter gigi mendapatkan penglihatan yang cukup untuk mencabut gigi tersebut. Dalam beberapa kasus tertentu, gigi yang akan diangkat mungkin akan dihancurkan dalam beberapa bagian sebelum dicabut. Ini biasanya dilakukan bila gigi tersebut tersebut tertutup oleh tulang. Luka yang ada kemudian akan dijahit. Kemudian, pasien akan diberikan antibiotik selama 5 sampai 7 hari untuk mencegah terjadinya infeksi. Pasien juga diharapkan untuk melakukan kunjungan lanjutan seminggu setelah tindakan dilakukan, untuk melakukan pengangkatan jahitan dan agar dokter gigi dapat memeriksa kondisi dan pemulihan luka. 

D. Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Pencabutan Gigi Anak 

Anak-anak dapat menunjukkan komplikasi seperti pada pasien orang dewasa, seperti rasa tidak nyaman, rasa sakit, dan pendarahan. Terkadang, gusi juga mungkin terkena infeksi. Pengalaman anak-anak juga dapat memberikan pengaruh emosinal dan mental, dan beberapa di antaranya mungkin merasakan trauma pada pengalaman tersebut dan akan menghindari dokter gigi setelah dewasa nanti.

Asuhan keperawatan gig dan mulut terhadap pasien diabetes melitus


 PEMBAHASAN

 Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat diminimalisir melalui obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Penyakit sistemik dan penyakit gigi dan mulut dapat terjadi sebagai akibat penyakit diabetes melitus. Seluruh tenaga kesehatan harus berperan aktif dalam mengidentifikasi penyakit pada individu yang terkena penyakit diabetes melitus namun tidak terdiagnosis, kemudian membantu pasien diabetes melitus dalam meminimalisir dan mencapai kesehatan yang optimum. Pasien diabetes melitus dianjurkan agar memeriksakan gigi setiap 3 atau 4 bulan.

Semua jaringan ditangani dengan lembut untuk meminimalkan trauma. Pasien diabetes melitus harus diajarkan untuk mengikuti jadwal pembersihan sesuai dengan prosedur. Operator mungkin perlu membantu pasien diabetes melitus dalam merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulutnya karena akan berpotensi menyebabkan penyakit periodontal. 

Faktor risiko masalah kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes melitus adalah pasien cenderung kering pada mulut/xerostomia, terdapat gingivitis, penyakit periodontal dan akan kehilangan gigi. Pasien diabetes melitus dianjurkan membangun aturan perawatan gigi dan mulut setelah makan dan waktu tidur, yaitu dengan cara menggosok gigi dengan sikat gigi yang lembut menggunakan gerakan horizontal. 

Menggosok gigi yang konsisten meningkatkan jaringan gusi, mengurangi kotoran dan menghasilkan pengontrolan plak, Sikat gigi yang lembut dengan gerakan horizontal dapat membantu melindungi jaringan gusi yang lembut dan mencegah perdarahan. Pasien diabetes melitus diharapkan melakukan higiene mulut dan sesekali berkumur dengan air garam atau larutan baking soda (1/2 sendok teh dengan 473 mL air). 

Berkumur dengan air garam atau baking soda dapat melarutkan keasaman mulut, mengangkat debris dan mengurangi mulut yang kering/xerostomia. Pada pasien diabetes mellitus umumnya mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dikarenakan kadar gula yang tidak terkontrol. Dengan adanya unsur glukosa yang tinggi dalam saliva menyebabkan saliva menjadi satu perbenihan yang efektif. Medium ini menyerap sisa-sisa makanan yang menjalar pada sepertiga leher gigi sehingga terjadi akumulasi yang cepat dari bakteri, mengakibatkan hasil metabolisme bakteri tersebut masuk ke sulcus gingiva. 

Hasil pemecahan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Diabetes Melitus metabolisme ini kemudian bereaksi sebagai suatu sumber iritasi yang terus menerus menghasilkan reaksi jaringan yang berlebih pada pasien diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme tubuh yang disebabkan hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas tidak berfungsi. Insulin berfungsi mengontrol kadar gula dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi. 

Diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat mengganggu sel darah putih dan sel-sel imun seperti neutrofil, monosit dan makrofag. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri menjadi menurun dan lebih rentan terhadap terjadinya infeksi. Selain itu dengan adanya peningkatan sel radang dalam cairan saku gingiva maka menyebabkan jaringan periodontal lebih mudah terinfeksi sehingga dapat berakibat kerusakan tulang. Rusaknya jaringan periodontal membuat gingiva tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak dan dalam jangka waktu yang panjang dapat berakibat gigi menjadi goyang. 

Diabetes melitus yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan karies, dikarenakan bertambahnya komponen yang difermentasi di dalam saliva sehingga membentuk medium yang sesuai untuk pembentukan asam. Selain itu luka yang terjadi pada pasien diabetes melitus sukar sembuh, hal ini disebabkan karena adanya gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka sehingga penyembuhan luka akan lebih sulit dan lebih lama. 
 Tenaga kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan gigi dan mulut diharapkan mengetahui sifat serta tanda- tanda penyakit diabetes melitus yang terdapat pada rongga mulut sehingga mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan dalam rangka mencegah berbagai faktor risiko yang dapat terjadi. Dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut, terdapat banyak aktifitas pengambilan keputusan dari saat tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Tahap pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah sebagai berikut : 

 1. Tahap Pengkajian
 Pada tahap ini, operator mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Masing-masing sumber berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian dapat membantu dalam memilih alternatif metode. Tahap pengkajian merupakan fondasi yang akan digunakan dalam proses keperawatan gigi.
 Pengkajian adalah suatu proses mengumpulkan dan menganalisis informasi atau data-data dalam mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi yang didapat melalui wawancara dengan pasien, anggota keluarga, teman sejawat, tenaga kesehatan lain, rekam medis dan observasi. Informasi yang didapat dari berbagai macam sumber tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara menyeluruh. 

 2. Tahap Diagnosa
 Tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan dalam menegakkan diagnosa keperawatan gigi secara akurat dan memahami batasan karakteristik diagnosa. Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada kebutuhan pasien, menguraikan masalah-masalah aktual, mencegah atau meminimalisir faktor risiko dengan perawatan mandiri atau melakukan rujukan (kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya) dan identifikasi kondisi pasien berdasarkan risiko terjadinya masalah/penyakit/kelainan pada rongga mulut. 

 3. Tahap Perencanaan
 Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan gigi yang efektif untuk diaplikasikan sesuai kebutuhan. Tahap perencanaan merupakan tindakan penentuan tipe intervensi keperawatan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut Pada Pasien Diabetes Melitus gigi yang dilaksanakan (diimplementasikan) untuk mengatasi keluhan pasien dan membantu pasien dalam mencapai pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan gigi. 

 4. Tahap Implementasi
 Tahap implementasi adalah tindakan pelaksanaan perencanaan keperawatan gigi dan mulut yang telah dirancang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pasien dan dilaksanakan berdasarkan prosedur serta hasilnya tercatat dalam catatan pasien (catatan keperawatan gigi). Operator diharapkan dapat bertanggung jawab dalam melakukan intervensi keperawatan gigi berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terkini. 

 5. Tahap Evaluasi
 Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai intervensi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan menilai efektifitas dari segi biaya. Hasil penelitian yang digunakan adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan gigi. Evaluasi juga dilaksanakan dalam rangka mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan gigi demi kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Evaluasi dianalisis dari tahap pengkajian data sampai dengan tindakan/intervensi yang dilakukan kepada pasien. 

KESIMPULAN 
Asuhan keperawatan gigi dan mulut diharapkan dapat disusun secara sistematis sehingga penatalaksanaan pasien diabetes melitus dapat dilakukan berkesinambungan. Penatalaksanaan pasien diabetes melitus dibutuhkan komunikasi yang baik, hasil pemeriksaan lab dan operator memahami penyakit diabetes melitus, pengobatan, juga dampaknya sehingga pasien diabetes melitus dapat menjalani proses perawatan gigi dan mulut dengan aman. Manajemen dan teknis pelaksanaan disusun dalam perencanaan jangka pendek dan jangka panjang kemudian dievaluasi sehingga didapatkan hasil yang optimal dan membangun kemandirian serta kesadaran pasien dalam merawat giginya.

Sunday, November 3, 2019

proposal UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa)



I. Latar Belakan 

 Kesehatan gigi dan mulut seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan menganggap prosedur atau tindakan dalam bidang kedokteran gigi adalah hal yang menakutkan. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) presentase penduduk di Indonesia yang mempunyai masalah gigi dan mulut pada tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%. Presentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut yang menerima perawatan medis gigi meningkat dari 29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013.

 Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Kesehatan mulut berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit lainnya, sehingga terjadi gangguan yang membatasi dalam menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial (WHO, 2012). Salah satu kesehatan mulut adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi menjadi hal yang penting, khususnya bagi perkembangan anak. Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal (Sinaga, 2013). Karies gigi merupakan suatu penyakit mengenai jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, terjadi akibat proses secara bertahap melarutkan mineral permukaan gigi dan terus berkembang kebagian dalam gigi. Proses ini terjadi karena aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Proses ini ditandai dengan dimineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya, sehingga dapat terjadi invasi bakteri lebih jauh ke bagian dalam gigi, yaitu lapisan dentin serta dapat mencapai pulpa (Kumala, 2006).

Karies gigi secara historis telah dianggap komponen paling penting dari beban penyakit mulut global. Fasilitas kesehatan dan penyuluhan pendidikan kesehatan gigi sudah dilakukan, namun pengetahuan masyarakat mengenai karies gigi masih rendah. Persoalan di atas menjadi bahan pertimbangan pemerintah untuk melakukan upaya preventif. Berdasarkan Undang-Undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam pasal 93, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Ayat (2) menyatakan bahwa pelayanan tersebut dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah. Namun yang menjadi persoalan terkait pelayanan adalah masih sangat sedikit penduduk yang dilayani oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan. Mayoritas dokter gigi ada diperkotaan, sehingga masyarakat yang ada di pedesaan terkendala untuk aksesnya ke pelayanan.

Menteri Kesehatan RI menyampaikan, “Kemenkes melakukan Kebijakan dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut antara lain melalui upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan gigi dasar di Puskesmas dan Puskesmas pembantu (pustu). Upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan gigi perorangan di RS. Upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan di sekolah melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dari tingkat TK sampai SMA yang terkoordinir dalam UKS”. Pemerintah sedang mengembangkan berbagai macam UKGS inovatif. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dalam bentuk Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM); serta kemitraan kesehatan gigi dan mulut baik di dalam maupun di luar negeri (PDGI, 2011).

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Menurut Antisari (2005), perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena pentingnya perilaku dalam mempengaruhi status kesehatan gigi, maka perilaku dapat mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut termasuk mempengaruhi skor karies dan penyakit periodontal (Wahyu dkk., 2013).

PUSKESMAS Kecamatan Bontobahari kab. Bulukumba prov. Sulawesi selatan adalah kecamatan yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ke empat dari seluruh kecamatan di Kabupaten bulukumba pada tahun 2012. Dari 10 trend penyakit di puskesmas Kecamatan Bontobahari tahun 2013 dari bulan januari sampai bulan juli, penyakit gigi selalu masuk dalam 5 besar penyakit. Dari data Puskesmas Kecamatan Bontobahari sendiri didapatkan bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2012 penyakit gigi dan mulut mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 jumlah penyakit gigi dan mulut sebanyak 1646 orang dan tahun 2012 sebanyak 2092 orang. Dan dari data puskesmas dapat diketahui bahwa gangguan gigi dan jaringan penyangga menjadi masalah utama dibandingkan dengan 5 penyakit gigi dan mulut yang lainnya. Dan karies gigi sendiri menjadi masalah terbesar ke tiga dari 5 penyakit gigi dan mulut lainnya. Program yang dilakukan Puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut sendiri dilakukan dengan UKGS di sekolah dilakukan bersamaan dengan skrining, yang dilakukan dua kali dalam setahun. Program yang lainnya yaitu UKGMD dilakukan setiap 1 tahun sekali.

Desa Ara adalah desa terbesar di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba yang memiliki kasus penyakit gigi dan mulut serta karies gigi terbesar diantara desa sekecamatan bontobahari kab. Bulukumba. Hal ini dapat disimpulkan bahwa program promosi kesehatan gigi dan mulut di prioritaskan pada desa ara tersebut. kegiatan promosi kesehatan gigi dan mulut yang akan dilaksanakan di desa ara oleh pihak puskesmas kecamatan bontobahari, dengan adanya kegiatan ini, kesehatan gigi dan mulut serta pencegahan karies gigi pada masyarakat desa ara bisa meningkatkan kesehatan gigi dan mulutnya serta penyakit karies gigi pada khususnya dicegah dengan pengetahuan yang telah diberikan pasca kegiatan, sehingga derajat kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat meningkat.

II. Tujuan

1. Tujuan umum 
Untuk mengetahui tata cara penatalaksanaan pencegahan karies pada masyarakat desa Ara
2. Tujuan khusus
a. untuk mencegah, mengurangi peningkatan angka karies pada masyarakat desa Ara
b. untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat desa Ara
 c. menjelaskan tata cara mencegah terjadinya karies pada gigi di masyarakat desa Ara
d. agar masyarakat desa dapat mengetahui tentang cara merawat gigi dan mulut serta pengetahuan pencegahan karies gigi.

III. Dasar kegiatan (landasan hukum)

1. Undang-Undang No.36 tahun 2019 tentang kesehatan. 
2. Instruksi mendagri No. 9 tahun 1990 tentang pengololaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat desa. 
3. Keputusan menteri kesehatan RI No. 126/menkes/SK/II/2004 Tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.

IV. Nama Kegiatan 

Sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut seta cara pencegahan terjadinya karies gigi pada masyarakat desa ara kec, bontobahari kab, bulukumba, sulawesi selatan.


V. Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan dalah seluruh masyarakat desa arah kec. Bonto bahari kab. Bulukumba sulawesi selatan.

VI. Waktu pelaksanaan 

 Sosialisasi promosi kesehatan ini ladilakukan yaitu:
Hari        : sabtu
 Tanggal : 12 oktober 2019
Jam        : 09.00 WITA s/d selesai

VII. Tempat kegiatan

Tempat kegiatan kegiatan ini dilaksanakan di balai desa ara kec. Bontobahari, kab. Bulukumba sulawesi selatan.

VIII. Materi sosialisasi promosi kesehatan

Materi yang akan diberikan oleh peserta sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat desa ara, kec. Bontobahari, kab. Bulukumba sulawesi selatan, yaitu:

1. Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut.
2. Cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat dalam menggosok gigi.
3. Tata cara mencegah terjadinya karies pada gigi, untuk menjadi desa bebas karies

IX. Metode 

 1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. demonstrasi
4. simulasi
5. sikat gigi massal

X. persiapan

1. pembuatan proposal konsep kegiatan 
2. melakukan advokasi tingkat desa terhadap aparat desa ara kec. Bontobahari, kab. Bulukumba, dengan penawaran proposal kegiatan yang telah dikonsepkan yang akan dilaksanakan di wilayahnya tentang sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut serta cara pencegahan karies pada gigi.
 3. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada kegiatan yang akan dilaksanakan.


XI. Tahap pelaksanaan

Pukul/WITA
Sabtu 12 oktober 2019
09.00 s/d 09.30
Pembukaan kegiatan
09.30 s/d 10.30
1. Materi Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut.
2. dilanjutkan tanya jawab diakhir materi
10.30 s/d 11.30
1. Materi cara menggosok gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat menggosok gigi dan
2. dilanjutkan denga demostrasi diakhir materi
11.30 s/d 12.00
ISOMA
12.00 s/d 13.00
1. Materi tata cara menjaga terjadinya karies pada gigi.
2. dilanjutkan tanya jawab diakhir materi
13.00 s/d 13.30
Simulasi/sikat gigi massal
Selesai
penutup


XII. Rencana Anggaran Biaya

Biaya kegiatan ini adalah dari anggaran kegiatan promosi kesehatan puskesmas kec. Bontobahari, kab. Bulukumba, sulawesi selatan

No
Nama
jumlah
satuan
Harga/satuan
total
1
Kertas HVS
1
rim
Rp 50.000,00
Rp 50.000,00
2
tinta prin
1
peket
Rp 60.000,00
Rp 60.000,00
3
konsumsi
100 orang
Porsi
Rp 10.000,00 x 100

Rp 1.000.000,00
4
Air meneral
4
dos
Rp 15.000,00 x 4
Rp 60.000,00
5
Spanduk
1
buah
Rp 60.000,00
Rp 60.000,00
6
transportasi
2
unit
Rp 60.000,00 x 2
Rp 120.000,00
Total
Rp 1.380.000,00


Total Anggaran total anggaran (Rp 1.380.000,00 satu juta tiga ratus delapan puluh ribu rupiah). Mengetahui Bendahara Panitia

XIII. Evaluasi Kegiatan

Setelah dilakukannya kegiatan di atas tersebut akan dikaukan evaluasi keberhasilah bahwa sampai dimana keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan, waktu evaluasi kegiatan sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut adalah tiga bulan pasca kegiatan, dalam hal ini akan dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut terhadap masyarakat desa ara untuk mengetahui apakah gigi masyarakat desa ara dapat merawat sesuia dengan materi tang telah diberikan pada kegiatan yang telah dilaksanakan, serta evalusi pengetahuan bahwa apakah masyarakat desa ara pengetahuannya masih meningkat setelah dilakukannya kegiatan sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut serta tata cara pencegahan karies pada gigi, ataupun tidakm ada peningkatan sama sekali pasca kegiatan di atas tersebut.
XIV. Penutup
Demikian proposal ini dibuat sebagi acuan penyelenggara kegiatan sosialisasi promosi kesehatan gigi dan mulut serta tata cara pencegahan karies pada gigi di desa ara, kecamatan bontobahari, kabupaten bulukumba, sulawesi selatan. Atas kerja sama dan partisipasinya untuk kelancaran kegiatan tersebut berbagai pihak kami ucapkan banyak terima kasih. Hanya dengan kerja keras dan kebersamaan yang dapat membuahkan sebuah hasil yang maksimal. “Gagal bukan karena kesalahan dalam sebuah karya namun kegagal yang sesungguhnya adalah ketika kita tidak ingin Berkarya”